Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Mengapa Islam in Contention?
Sekitar 2 tahun terakhir, agak langka jika kita mencari suatu buku yang serius menjelaskan dinamika Islam di Indonesia. Toko-toko buku lebih banyak menjual buku yang instan dipelajari. Misalnya tentang motivasi, kisah-kisah inspiratif, atau novel-novel populer yang kian menjamur. Atau banyak pula buku yang menjajakan tentang bisnis atau manajemen termutakhir dengan metode yang ciamik dan canggih.
Sekali lagi tak banyak buku yang mengetengahkan tema-tema serius dalam memotret kehidupan sosial politik di Indonesia, yang membantu melihat secara komprehensif pergeseran isu maupun gerakan dalam dunia Islam Indonesia. Di tengah situasi seperti itu, terbitlah satu buku hasil penelitian yang dilakukan tahun 2008 – 2009 atas kerjasama the Wahid Institute, Center for Asia Studies Kyoto University dan Center for Asia Pacific Area Studies RCHSS, Academia Sinica, berjudul Islam in Contention: Rethinking Islam and State in Indonesia.
Buku ini secara umum memotret situasi politik sosial di Indonesia, terutama pasca reformasi. Seperti yang dituliskan dalam Pengantar buku ini, ada 5 bahasan utama yang bisa dinikmati oleh pembaca. Bagian pertama membahas diskusi teoritis tentang peran Islam dan negara untuk mencapai keadilan sosial. Bagian kedua membahas tiga isu panas dalam Islam Indonesia kontemporer, yaitu diberlakukannya Peraturan-Peraturan Daerah (Perda) Syariah di beberapa wilayah di Indonesia, Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (KHI), dan perdebatan umat Islam mengenai poligami dan kawin kontrak. Bagian ketiga memberikan perhatian pada strategi tiga institusi politik untuk mencari dukungan massa.
Bagian keempat, berfokus pada beberapa aspek penting dari proses Islamisasi sosial. Di antaranya mengenai dua dari kelompok yang sangat rentan terhadap Islamisasi di Indonesia yaitu perempuan dan Cina. Misalnya Kobayashi Yasuko membahas perpektif para ulama terhadap pergeseran status sosial perempuan, dengan dasar pemeriksaan dari forum diskusi hukum NU, yaitu Bahtsul Masa’il, mulai tahun 1926 sampai 2004. Terakhir, tak lupa isu Islam lokal juga tak luput dalam pembahasan buku ini, sejarah panjang Islam di tingkat lokal, dengan fokus pada wilayah Banten sejak abad keenam belas.
Sebenarnya, seperti yang ditulis oleh Tempo Online, buku ini menyuguhkan “Anggur Lama dalam Botol Baru”. Tema-tema tentang hubungan Islam dan Negara, Perda Syariah, reformasi hukum Islam dalam Keluarga, pornografi, kebebasan beragama, dan gerakan politik Islam adalah isu yang sudah banyak dibahas. Demikian pula tentang status perempuan, posisi etnis China, atau gerakan tarekat dalam masyarakat Muslim Jawa adalah hal yang akrab dibaca. Sudah banyak buku, majalah, jurnal, bahkan opini di media online yang membahas soal ini.
Tetapi yang membedakan dari suguhan-suguhan yang lain adalah buku ini ditulis perpaduan antara penulis dan peneliti dari Indonesia dan Jepang. Kolaborasi inilah yang tidak ditemukan dalam buku-buku lain, selain update terbaru perkembangan Islam Indonesia pasca reformasi.
Karena itu, meski dipetakan menjadi 5 bahasan utama, dalam catatan editor, tulisan-tulisan di buku ini setidaknya menyorot tiga masalah penting. Pertama, islamisasi masyarakat yang makin menjamur paska reformasi. Itu ditandai dengan maraknya buku-buku keislaman di toko buku-toko buku besar. Perkembangan ini juga sebanding dengan tumbuh media-media keislaman baik cetak maupun elektronik, termasuk fenomena tren penggunaan jilbab. Kedua, kebangkitan dan moderatisme partai-partai Islam. Salah satu yang disinggung adalah fenomena Partai Keadilan Islam (PKS) yang mulai bergeser ke tengah, setelah sebelumnya ketat menyuarakan syariat Islam. Ketiga, meningkatnya konflik tentang konsep keislaman. Beberapa di antaranya muncul dalam bentuk merebaknya peraturan bernuansa syariat Islam dan meningkatnya aksi-aksi kekerasan di sejumlah daerah.
Karena menariknya buku ini, maka PP Lakpesdam NU yang menaruh perhatian besar pada persoalan keislaman dan masyarakat, bekerjasama dengan the Wahid Institute menyelenggarakan bedah buku tersebut bertajuk, “Membaca Ulang Relasi Islam dan Negara Pasca Reformasi.” Bedah buku dilakukan juga dalam rangka menyambut Hari Buku Internasional yang jatuh pada 24 April di setiap tahunnya. Terima kasih.
Wallahul muwwafiq ila aqwamithariq
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
PP Lakpesdam NU | Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jl. H. Ramli No. 20 A RT 002/03 | Menteng Dalam, Tebet | Jakarta Selatan 12870
Telp: (021) 8298855, 8281641 | Faks: (021) 8354925 | Email: info@lakpesdam[dot]or[dot]id
0 komentar :
Post a Comment