Dengan hormat, kami mengundang Saudara-Saudari hadir dalam Diskusi Dwimingguan, bertajuk:
Membaca Ulang Relasi Nahdlatul Ulama dan Negara Pasca Reformasi
Ahmad Suaedy (Direktur the Wahid Institute)
HARI/TANGGAL : Jum’at, 20 April 2012,
PUKUL : 14.00 WIB
TEMPAT : PP Lakpesdam NU, Jl. H. Ramli No. 20 A RT 002/03 | Menteng Dalam, Tebet | Jakarta Selatan 12870
NU di tengah gempuran ideologi transnasional. Adapun gerakan sosial dan politik yang diilhami ideologi transnasional tersebut menyebabkan perubahan cara pandang kehidupan berbangsa. Persoalan apakah hal tersebut berdampak bagi kelangsungan NU yang mengedepankan tawasuth, setidaknya ini perlu jadi perhatian bersama.
Kenyataan yang pernah terjadi, NU yang awalnya berdiri sebagai organisasi keagamaan sempat berubah menjadi partai politik. Praktis banyak masyarakat memilih dan percaya pada NU. Kemudian diberlakukan 3 partai oleh negara sehingga NU dipengaruhi watak negara yang menaunginya. Kondisi NU mulai melunak pada negara, sehingga bisa dibaca adanya kompromi yang tidak terang-terangan, meski pada saat tertentu, ada saja resistensi terjadi. Penolakan dan penerimaan NU pada asas tunggal Pancasila, tidak bisa dianggap remeh. Ahmad Siddiq punya peranan sentral di sana.
Secara kelembagaan, NU merupakan oganisasi muslimin terbesar di dunia. Tidak ada organisasi sebesar Nahdlatul Ulama yang berbasis pedesaan ini. Inilah sehingga bisa dengan mudah, NU menghadapi tantangan yang cukup berat. Misalnya pemberdayaan ummat berbasis pertanian dan pendidikan. Bahwa NU berdiri karena dilatarbelakangi tradisi pesantren, namun bukan berarti hanya NU yang besar karena pesantren. Banyak organisasi islam lainnya di Indonesia yang juga dibesaran dalam tradisi pesantren. Kemudian NU dalam tantangan perjuangan agraria, bagaimana NU menciptakan perubahan yang berpihak bagi masyarakat bawah sehingga melahirkan inisiatif lokal yang berani memakmurkan warga nahdliyin.
Meski demikian, banyak hal lagi yang menjadi sorotan. Misal persoalan politik yang terjadi akhir-akhir ini. Adanya kelompok yang berkubu-kubu mengatasnamakan warga nahdliyin atau berpaham ahlusunnah dan berwajah hijau. Lalu kita perlu memikirkan kembali, bagaimana keterlibatan warga nadliyin dan posisi NU pasca Reformasi? Bukan bermaksud menyudutkan salah satu kelompok, melainkan perlunya membuat cara pandang baru sebuah gerakan sosial untuk bertindak dalam bingkai ahlusunnah waljamaah.
Seputar bagian inilah yang akan kita diskusikan. Juga beberapa hal yang perlu jadi perhatian kalangan muda NU saat ini. Demikian, terima kasih.
Bagi siapapun, silahkan hadir.
0 komentar :
Post a Comment